Sabtu, 28 Februari 2015



CIRI, PERAN DAN TUGAS
WANITA SHALIHAH
                                               

A.    PENDAHULUAN
Keseimbangan ruh, akal, dan jasad, serta sehatnya hati dan senantiasa berupaya untuk memiliki emosi positif merupakan bekal untuk menjadi wanita shalihah. Wanita shalihah adalah idaman setiap orang. Harta yang paling berharga, sebaik-baik perhiasan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Dunia ini adalah perhiasan. dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang sholihah.”[1]
Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah.

B.     CIRI WANITA SHOLIHAH
Sebagaimana telah diungkapkan dalam hadits di atas, kedudukan wanita shalihah amatlah mulia. Namun demikian, wanita sholihah tidak sekedar klaim diri atau sebatas pengakuan semata, wanita shalihah memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari wanita biasa. Wanita sholihah adalah gelar bagi siapa saja yang pantas memilikinya, merupakan buah dari perjuangan yang panjang dan istimewa dari seorang wanita. Diantara ciri-ciri wanita shalihah adalah:
1.      Taat kepada Allah dan mendahulukan ketetapan Allah
“Maka wanita-wanita yang sholihah adalah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada.”[2]
Seorang wanita sholihah adalah wanita yang senantiasa taat kepada Allah, menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan kepada Allah ia tempatkan di atas ketaatan kepada makhluq. Apabila orang terdekatnya atau yang dicintainya memerintahkan sesuatu yang merupakan bentuk pelanggaran terhadap syari’at Allah, maka dia lebih memilih untuk mentaati Allah daripada selain-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah:
 Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam bermaksiat kepada Allah.”[3]
Allah berfirman:
“Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak patut pula bagi wanita yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka (pilihan yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”[4]
2.      Menjaga diri dan taat kepada suami
Seorang wanita sholihah senantiasa menjaga diri meskipun suaminya tidak ada di rumah, dengan memelihara kehormatannya, menjaga harta suami, menjaga segala sesuatu yang secara khusus berkenaan dengan rahasia suami istri. Jika suaminya di rumah, maka ia menjaga lisannya dari menyakiti hati suami.
“Maka wanita-wanita yang sholihah adalah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada.”[5]
Salah satu bentuk penjagaan diri juga tidak berkhalwat dengan lawan jenis yang bukan mahrom.
ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali yang ketiganya adalah setan[6]
3.      Menjalankan tugas dan perannya dengan mengharap keridhoan Allah, baik sebagai hamba Allah,  sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu dari anaknya, dan sebagai umat manusia. (untuk tugas dan perannya akan dijelaskan pada poin dibawah)
4.      Tidak bertabarruj
Pengertian tabarruj dapat kita ketahui melalui perkataan Abu Ubaidah dan keterangan Az-Zajjaj. Abu Ubaidah berkata, ”Tabarruj adalah wanita menampakkan kecantikannya (di depan lelaki yang bukan mahram).” Sedangkan keterangan dari az-Zajjaj, tabarruj adalah menampakkan bagian yang indah (aurat) dan segala yang mengundang syahwat lelaki (non mahrom).[7]
5.      Banyak menetap di rumah, mendirikan sholat dan menunaikan zakat
Wanita sholihah berusaha untuk berada dalam kondisi terbaik saat menghadap Rabbnya, diawali dari mengilmui apa-apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah, sehingga apa yang diamalkan sesuai dengan apa diinginkan oleh Allah, tak sekedar semangat tanpa berdasarkan ilmu. Sholat merupakan ibadah yang mendapat perhatian besar bagi wanita shalihah, dengan berusaha mencontoh sebagaimana sholatnya Rasulullah, memenuhi setiap syarat dan rukunnya, bersegera bila telah tiba waktunya, senantiasa berusaha memperbaiki sholatnya sehingga tampak buah dari sholat itu.

Allah berfirman:
Dan barangsiapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan kebajikan, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. (31) Wahai istri-istri Nabi, kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (32) Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertabarruj dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dulu, dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[8]

6.      Berpakaian syar’I dan menjaga diri dari syubhat maupun syahwat
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)
 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)

C.    PERAN DAN TUGAS WANITA SHOLIHAH [9]
Wanita sholihah merupakan wanita yang dapat menempatkan dirinya serta dapat menjalankan fungsi  dan peranannya baik sebagai hamba Allah,  sebagai anak dengan kewajibannya birrul walidain, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai robbatul bait, dan sebagai anggota masyarakat.
1.      Wanita sebagai hamba Alloh
a.       Mencerminkan Ubudiyyah kepada Alloh
Sebagai hamba Allah, kita harus mengetahui bahwa tujuan Allah menciptakan kita hanyalah untuk beribadah kepada-Nya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.[10]
Dr. Ibrahim Al-Buraikan memberikan definisi ibadah sebagai berikut: “Nama yang mencakup segala sesuatu yang diridhai Allah dan dicintai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tampak maupun yang tidak tampak, dengan penuh rasa cinta, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna, serta membebaskan diri dari segala hal yang bertentangan dan menyalahinya.”[11]
Dari definisi ibadah tersebut, maka ibadah tak sekedar sholat, puasa, ataupun haji. Ibadah mencakup setiap tindakan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah. Olehkarena itu, sholat dapat bernilai ibadah, begitu pula juga saat kita menyuci pakaian, menyetrika  pakaian, mencuci piring, bahkan sekedar bermuka cerah kepada saudara kita bila memang itu ikhlas karena Allah sehingga merupakan amalan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, maka itu dapat bernilai ibadah.
b.      Melaksanakan rukun Iman dan Rukun Islam dengan baik dan benar
(Hadits 2)
c.       Merasa bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya
“Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan setiap orang di antara kalian bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganyadan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya.”[12]
Wanita shalihah memiliki rasa tanggungjawab untuk meluruskan hal yang menyimpang pada anggota keluarganya, tak sekedar berdiam diri membiarkan anggota keluarganya melakukan kemaksiatan. Karena rasa tanggungjawab dan cintanya kepada orang yang dikasihinya, ia senantiasa berupaya agar anggota keluarganya melakukan ketaatan kepada Allah.
d.      Mencari keridhaan Alloh dalam setiap amalnya
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang berusaha mendapatkan keridhaan Allah, meskipun dengan risiko kemarahan manusia, niscaya Allah meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya. Namun, barangsiapa yang berusaha mendapatkan keridhaan manusia dengan (melakukan sesuatu yang menimbulkan) kemurkaan Allah, niscaya Allah murka terhadapnya dan menjadikan manusia murka pula terhadapnya.[13]
e.       Berbuat untuk menolong agama Allah
Wanita shalihah berupaya sekuat tenaga untuk menolong agama Allah dalam kehidupan riil, berbuat untuk mewujudkan manhaj-Nya dalam kehidupan individu, rumah tangga, dan masyarakat. Menolong agama Allah dan melibatkan diri dalam berdakwah merupakan kebiasaan wanita muslimah pada awal perjalanan Islam, maka sebagai wanita shalihah hendaknya berupaya untuk mencontoh mereka.
f.       Bangga dengan kepribadian Islami dan Dien yang benar
Wanita shalihah tidak malu dengan agamanya dan senantiasa mengamalkan agamanya secara benar. Karena ia sadar bahwa syari’at Islam merupakan nikmat yang agung yang telah Allah berikan kepapda makhluqnya, karena syari’at Islam itu sempurna dan satu-satunya dien yang diridhai oleh Allah.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama bagimu.”[14]
g.      Memberikan loyalitasnya hanya kepada Allah saja
Diantara buah kebanggaan wanita muslimah terhadap kepribadian Islaminya adalah dia hanya memberikan loyalitas kepada Allah saja.
h.      Menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[15]
i.        Banyak bertilawatil Qur’an
“Bacalah AlQur’an , karena ia akan datang pada hari kiamat kelak dengan membawa syafa’at bagi mereka yang membacanya.”[16]
“Orang yang membaca AlQur’an sedang dia mahir, maka dia akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca AlQur’an dengan terbata-bata dan dalam keadaan payah, maka dia juga akan mendapat dua pahala.”[17]

2.      Birrul Walidain[18]
Diantara keistimewaan wanita muslimah dan sholihah yang paling menonjol adalah tugasnya kepada orang tua yakni Birrul Walidain sebagai seorang anak. Dan dia menyadari ajaran agamanya yang jiwanya selalu terbuka bagi petunjuk Islam dan senantiasa berpegang pada nilai-nilainya yang tinggi akan selalu berbakti dan berbuat baik  kepada orangtua dengan cara yang baik.
Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan, berbuat baiklah kepada kedua orangtua.”[19]
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi, ‘Apakah perbuatan yang paling disukai Allah?’ Beliau pun menjawab, ‘Shalat pada waktunya’, ‘Lalu apa lagi?”, Beliau menjawab ‘birrul walidain (berbakti keada orangtua).’ Selanjutnya kutanyakan lagi, “Kemudian apa?’ Rasulullah menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’.”[20]

Larangan Durhaka kepada Orangtua
Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Harits, dia menceritakan, Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Maukah kalian aku beritahu tentang perbuatan dosa besar? Kami menjawab, ‘Tentu Ya Rasulullah’ Beliau pun menerangkan, ‘Syirik kepada Allah dan durhaka kepada orangtua’.”[21]

Berbakti pada Orangtua Meskipun Keduanya Bukan Muslim
Ketika ibunya Sa’ad bin Abi Waqash menolak puteranya itu masuk Islam, dan mengatakan kepada puteranya, “Mau meninggalkan Islam dan kembali kepada agamamu, atau aku akan mogok makan sampai mati. Sampai orang-orang Arab marah seraya mengatakan “Bunuh ibunya itu!” Tetapi Sa’ad menjawab, “ketahuilah, wahai ibuku, demi Allah, seandainya engkau memiliki seratus nyawa dan keluar satu persatu, niscaya aku tidak akan meninggalkan Islam.” Dan ibunya pun dengan sabar tetap bertahan mogok makan pada hari pertama dan kedua, tetapi pada hari ketiga dia tidak kuasa menahan lapar, maka dia pun makan. Selanjutnya Allah menurunkan ayat AlQur’an yang dibacakan Rasulullah kepada kaum  muslimin, yang isinya memberikan teguran kepada Sa’ad karena sikap kasarnya kepada ibunya dalam memberikan jawaban kepadanya:
“Dan, apabila keduanya memaksamu untuk memersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka janganlah engkau mengikuti keduanya. Dan, pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku kalian kembali, karenanya Aku beritahukan kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan.”[22]
Apabila orangtua musyrik menyuruh kepada putera-puterinya berbuat syirik, maka tidak ada ketaatan bagi putera-puteri itu untuk menaati perintah orangtuanya itu, karena tidak ada ketaatan bagi seseorang untuk melakukan kemaksiatan kepada sang Khaliq, dank arena hubungan aqidah menduduki tempat tertinggi di atas semua hubungan. Namun, Allah memerintahkan kita untuk selalu berbakti kepada kedua orangtua serta mempergaulinya dengan baik dalam kondisi bagaimanapun dan apa pun, termasuk bila kedua orang tua yang bukan seorang musyrik, itu tidak menghalanginya untuk berbakti kepada keduanya sesuai dengan yang disyari’atkan Islam.

Cara Berbakti yang Baik
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik kepada ibu dan bapakmu dengan sebaik-baiknya. Apabila salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kalian mengatakan kepada keduanya perkataa ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yag mulia. Dan, rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,’Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.”[23]
Wanita shalihah akan berupaya sekuat tenaga untuk berbakti kepada kedua orangtua, mencari cara terbaik dalam berbicara dan bermuamalah dengannya, tidak berbuat kasar atau sesuatu yang menyakiti hati, dan tetap menjaga sopan santun. Selain dia akan terus berusaha memberikan kepuasan pada keduanya dengan cara-cara terpuji dan menyenangkan, dia lakukan segala sesuatu dengan penuh kesabaran, berbicara dengan penuh kelembutan, kasih sayang, hujjah yang kuat, logika yang benar, serta bijaksana. Dia akan selalu berusaha untuk membahagiakan dan menyenangkan kedua orangtua semampu mungkin, dengan tidak keluar dari hal-hal yang diridhai Allah, dia akan selalu memberikan perhatian kepadanya, memberikan pelayanan yang menyenangkan, memberikan pelayanan yang menyenangkan, sering mengunjungi keduanya, serta menemaninya dengan penuh kegembiraan dan kesenangan, lapangdada, juga membawakan hadiah yang baik lagi menggembirakan.

3.      Wanita sebagai Istri
Sebagai istri, kita memiliki tugas dan peran terhadap suami. Adakalanya suami diperlakukan sebagai majikan sehingga kita berperan sebagai pembantu, terkadang suami menuntut kita berperan sebagai sahabat maka tugas kita menjadi pendengar yang baik dan berupaya untuk membuat hatinya tenang dan tentram, istri pun berperan sebagai kekasih, bahkan dapat pula berperan sebagai ibu bagi suami. Dalam setiap peran tersebut terdapat tugas bagi kita untuk menjalankannya.
Berikut peran dan tugas wanita shalihah sebagai seorang istri:[24]
a.       Sebagai pengantin bagi suaminya
Muslimah ideal tak sekedar menjadi pengantin di malam pertamanya saja, namun selalu siap seumur hidup, olehkarena itu tugas seorang istri agar senantiasa menawan dan menyenangkan suami hendaknya dapat berhias untuk suaminya. Tak hanya berhias memperindah wajah dan tubuh, tetapi juga memperindah jiwa dengan akhlaq yang mulia. Dengan begitu, istri sholihah tidak membuat suaminya bosan dengannya, tak sekedar cantik dan terlihat baik di awal saja, namun keindahan paras dan akhlaqnya dapat dirasakan setiap harinya.
Nabi bersabda, “Wanita paling baik adalah wanita yang selalu menyenangkan saat suaminya memandangnya, menaati apabila suami menyuruhnya, tidak menentang terhadap sesuatu yang tidak disukainya, baik terhadap dirinya maupun hartanya.”[25].
b.      Sebagai kekasih bagi suami
Suami merindukan seorang istri yang dapat berperan sebagai kekasih, yang dapat membuat hatinya berbunga-bunga, kekasih yang menghadirkan suasana indah, kekasih yang membuat suami betah di rumah. Sehingga, suami tidak akan mencuri-curi pandang kepada wanita lain yang tidak halal baginya.
c.       Sebagai ibu bagi suami
Seorang istri juga harus bisa berperan sebagai ibu bagi suami. Suami ingin figur seorang ibu juga dimiliki oleh istrinya, yaitu istri yang memiliki kasih sayang tanpa batas, yang dengan kasih sayang tersebut akan muncul rasa rela berkorban, memberi tanpa pamrih, dan mengabdi tanpa kenal lelah. Istri yang mengkhawatirkan suami sebagaimana ibu mengkhawatirkan anaknya bila dalam bahaya. Istri yang siap meninabobokkan suaminya. Dan banyak hal lain sebagaimana ibu memperlakukan anaknya dengan penuh kasih sayang.
d.      Sebagai sahabat bagi suami
Istri harus dapat berperan sebagaimana sahabat bagi siaminya. Sahabat bertugas sebagai tempat curahan hati saat segala rasa bergejolak, tempat untuk menentramkan kegelisahannya, memberi motivasi saat semangatnya turun, mamu bertukar pikiran dengannya, atau pun tempat berbagi kebahagiaan dan kesenangan. Suami membutuhkan seorang sahabat yang dapat menutupi rahasianya.
e.       Sebagai pelayan bagi suami
Suami membutuhkan seorang pelayan, yang bisa meengurus kebutuhannya. Sebagaimana palayan, tugas pelayan terhadap majikannya adalah menyiapkan makanan, membersihkan rumahnya, mencuci pakaiannya, memijit badannya, dan kapan pun siap menerima perintah dari majikannya. Istri sholihah dapat berperan sebagai pelayan bagi suami dengan menjalankan tugas-tugasnya, namun menjalankannya dengan penuh rasa cinta dan dengan senang hati melakukannya karena mengharap ridho Allah.

4.      Wanita sebagai Manajer Rumah Tangga[26]
Sebagai menajer rumah tangga, wanita memiliki banyak peran, sebab seorang manajer harus mampu mengelola segala sumberdaya yang tersedia. Apa saja peran dan tugasnya? Berikut akan dijelaskan peran dan tugas wanita sebagai manajer rumah tangga:
a.       Event organizer keluarga
Sebagai event organizer keluarga, muslimah seharusnya memiliki time planning yang tepat bagi anggota keluarganya. Dengan waktu 24 jam per harinya, dia dapat melakukan perencanaan yang baik apa saja yang harus dilakukan dan tepat waktu dalam menjalankannya, tidak menundanya sehingga kerjaan menumpuk, namun dengan waktu 24 jam itu dapat memanaje aktivitas untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang banyak.
b.      Perencanaan keuangan keluarga
Istri bertanggungjawab terhadap anggaran belanja keluarga, dapat memanaje keuangan baik dalam jumlah besar maupun kecil. Manajemen keuangan yang baik dapat memperlancar pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berikut diantara cara memanaje keuangan:
1.      Membuat perencanaan yang matang
2.      Menentukan skala prioritas anggaran
3.      Berupaya untuk berhemat
4.      Belanja sesuai kebutuhan, tak sekedar keinginan
5.      Menghindari kebiasaan berhutang
6.      Memperkaya diri dengan sedekah
c.       Perencanaan diet
Seorang istri shalihah juga memperhatikan makanan yang disajikan kepada anggota keluarga, dengan mencari makanan yang halal dan thoyyib. Berusaha mencari info tentang makanan yang aman dan sehat, serta mencari menu masakan yang membuat keluarga merasa senang.
d.      Petugas kebersihan
Istri bertugas sebagai penanggungjawab kebersihan dalam rumahtangga. Sebagai penanggungjawab, dapat langsung terjun ataupun dapat didelegasikan bila ada anak-anak yang membantu misalnya, atau sebagai kepala petugas kebersihan bila memiliki pembantu.
e.       Desainer interior
Istri shalihah beerusaha untuk menata ruang dari setiap sudut rumah agar tampak cantik nan indah sehingga anggota keluarga betah d rumah.
5.      Wanita sebagai Ibu bagi Anak
Ada lima tanggungjawab besar yang tidak dapat ditinggalkan seorang wanita saat menjadi ibu, yaitu:
a.       Mengandung
(Al-Baqarah: 223)
Sebagaimana tanah, benih yang ditanam dalam tanah tersebut diharapkan menumbuhkan tanaman. Wanita diberi kelebihan oleh Allah memiliki rahim dan alat reproduksi lainnya sehingga dapat mengandung, inilah peran pertama seorang ibu.
b.      Melahirkan
Setelah mengandung, tugas berikutnya adalah melahirkan. Menjadi seorang ibu harus siap melahirkan buah hatinya, membutuhkan perjuangan keras dan bahkan dapat sampai taruhan nyawa. Olehkarena itulah Allah member kehormatan terhadap ibu.
Telah datang seorang laki-laki dan bertanya, “Ya Rasulullah siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Maka Rasulullah bersabda, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Kemudian ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Kemudian ayahmu.”[27]
c.       Menyusui
Seorang wanita diberi anugerah oleh Allah untuk dapat memproduksi ASI yang sangat bermanfaat bagi bayi
d.      Mendidik anak sekaligus sebagai penasihat spiritual
Ibu berperan sebagai pendidik anak, ibulah yang sering berinteraksi dengan anak sehingga ibu merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Ibu hendaknya memberikan teladan yang baik sehingga anak mencontohnya, mengajari anak membaca, menulis, mengaji, beribadah, dan pedidikan yang lain yang dibutuhkan untuk anak. Selain itu, ibu berperan sebagai  penasihat ruhani anak, yang membimbing anak sehingga dapak mencetak generasi Robbani. Dengan demikian, akan tumbuh anak yang shalih,  cerdas, dan memiliki kepribadian matang.
e.       Menjadi sahabat bagi anak
Ibu dapat menjadi sahabat bagi anaknya, yaitu dapat berperan sebagai sahabat di setiap usia anak. Saat anak masih kecil, ibu dapat berperan sebagai sahabatnya yang setia menemaninya untuk bermain. Saat anak tumbuh menginjak usia sekolah, ibu setia mendengarkan keluh kesah anak dan mencarikan solusinya. Saat usia anak menginjak usia baligh, ibu siap mendengarkan curahan hatinya dan berusaha memberi arahan yang benar agak tidak terjerumus dalam jurang kemaksiatan. Saat anak sudah dewasa dan telah memiliki pendamping bahkan memiliki anak, maka ibu dengan senang hati memberikan jasanya apabila dibutuhkan oleh anak.
6.      Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Wanita sholihah yang benar-benar memahami hukum-hukum agamanya akan tampak dalam masyarakat, berperangaikan nila-nilai agamanya yang haq dan sifat-sifatnya yang baik dengan menerapkan nilai tersebut serta menjadikan sifat mulia sebagai perhiasan. Tegaknya kepribadian sosial wanita muslimah yang berbeda dari kepribadian wanita yang lain merupakan pantulan atau cerminan dari nilai-nilai islam dalam tingkah laku sosial dan pergaulannya dengan orang lain. Dari sumber yang besar inilah wanita muslimah yang sholihah memperbaiki tradisi, kebiasaan, tingkahlaku dan pergaulan. Dan dari sumber yang jernih lagi tawar ini pula wanita sholihah menyirami dirinya guna membersihkan jiwanya dan membentuk kepribadian sosialnya.[28]
Diantara peran wanita shalihah sebagai anggota masyarakat adalah sebagai kontributor untuk menciptakan masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera di bawah aturan Islam. Adakalanya kita membantu dalam kegiatan bersih-bersih warga, adakalanya kita mengajak warga dalam menjenguk warga yang lain ketika sakit, dan  kita senantiasa mengajak warga untuk berpartisipasi dalam menebar dakwah dienul Islam seperti mengajar TPA baik untuk anak-anak maupun ibu-ibu, mengadakan kajian rutin warga kampung, mengajak untuk memperbaiki sholat, serta pengamalan nilai-nilai ajaran Islam yang lain.


PENUTUP
Disinilah wanita harus berperan,dia harus tampil dengan kepribadian yang khas tanpa ada rasa risih dan canggung sebab ia datang membawa ketentraman. Dia tampil ditengah masyarakat dengan identitas yang dimilikinya tanpa harus malu dan pesimis. Dia datang bersama generasi yang mencintai kebenaran.
Wanita akan memiliki kedudukan peranan yang tinggi jika ia mampu menempatkan diri pada posisi yang sebenarnya. Ia akan menjadi permata yang di idamkan masyarakat jika ia dapat menjaga diri dan kehormatannya. Begitulah peran wanita sholihah dalam Islam. Peran besarnya baik bagi keluarga maupun dakwah menjadikannya memang pantas untuk dimuliakan dan diposisikan ditempat yang tertinggi. Mungkin peran para Shohabiyyah dapat kita jadikan acuan bagaimana menjadi wanita muslimah sholihah yang seharusnya.


[1] HR. Muslim
[2] An-Nisa’: 34
[3] HR. Ahmad
[4] Al-Ahzab: 36
[5] An-Nisa’: 34
[6] HR. Ahmad, At-tirmidzi, dan Al-Hakim
[7] Zadul Masir fi Ilmi at-Tafsir, 3/461
[8] Al-Ahzab: 31-33
[9] Jati Diri Wanita Muslimah, penerbit: pustaka Alkautsar, judul asli: Syakhsyiyyatul-Mar’ah Al-Muslimah, Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi.
[10] Adz-Dzariyat: 56
[11] Al-Madkhal li Dirasatil Aqidah, hal 14-15
[12] Muttafaq alaihi
[13] HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya
[14] Al-Maidah: 3
[15] At-Taubah: 71
[16] HR. Muslim
[17] Muttafaq alaih
[18] Jati Diri Wanita Muslimah, halm 131
[19] An-Nisa’: 36
[20] Muttafaqun alaih
[21] Muttafaun alaih
[22] Luqman: 15
[23] Al-Isra’: 23-24
[24] Spirit Muslimah Sejati, Siswati Ummu Hamad, Pustaka Arafah, hlm 67-73
[25] HR. Ahmad
[26] Spirit Muslimah Sejati, Siswati Ummu Hamad, hlm. 61-67
[27] HR. Al-Bukhari
[28] Jati Diri Wanita Muslimah, hlm 272

Tidak ada komentar:

Posting Komentar