Sabtu, 31 Januari 2015

HATI DAN PENYAKITNYA

JENIS HATI DAN PENYAKIT YANG MENIMPANYA
A.     PENDAHULUAN

Salah satu hal yang harus dimiliki muslimah agar mempunyai kepribadian yang matang adalah muslimah mampu mengkondisikan hati agar selalu sehat, di bawah ini akan diuraikan karakter hati dan berbagai penyakit, dengan harapan muslimah mampu menjaga hati agar tetap sehat. Uraian tentang hati ini sangat berkaitan dengan ruh (lihat urain tentang keseimbangan ruh, jasad dan akal)

أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
رواه البخاري ومسلم
“Ketahuilah, Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah Qolbu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada QS. Al-A’rof: 205 dan QS. Al-Isra`: 36, Allah mengkhususkan penyebutan penglihatan, pendengaran dan hati di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut. Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu. Pendengaran dan hati bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan yang berisi ilmu kepada hati.
Abi ‘Inabah Al-Khaulani radhiyallohu ‘anhu meriwayatkan bahwa nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh memiliki bejana dari penduduk bumi, dan bejana Rabb kalian adalah hati hamba-hamba-Nya yang shalih. Hati yang paling dicintai-Nya adalah yang paling lembut dan lunak”.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam menyerupakan hati dengan bejana, karena hati adalah bejana yang menjadi tempat bagi kebaikan dan kejahatan. Berkaitan dengan hal ini, ada yang mengatakan, “Setiap bejana akan melindungi apa saja yang berada di dalamnya.” (Abdul Hadi bin Hasan Wahbi, 2008)
Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati.
Karenanya Allah berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdPada QS. Al-A’rof: 205 dan QS. Al-Isra`: 36, Allah mengkhususkan penyebutan penglihatan, pendengaran dan hati di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut. Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu. Pendengaran dan hati bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan yang berisi ilmu kepada hati.
Abi ‘Inabah Al-Khaulani radhiyallohu ‘anhu meriwayatkan bahwa nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Alloh memiliki bejana dari penduduk bumi, dan bejana Rabb kalian adalah hati hamba-hamba-Nya yang shalih. Hati yang paling dicintai-Nya adalah yang paling lembut dan lunak”.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam menyerupakan hati dengan bejana, karena hati adalah bejana yang menjadi tempat bagi kebaikan dan kejahatan. Berkaitan dengan hal ini, ada yang mengatakan, “Setiap bejana akan melindungi apa saja yang berada di dalamnya.” (Abdul Hadi bin Hasan Wahbi, 2008)
Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati.
Karenanya Allah berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda


«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.

B.     PENGERTIAN HATI
Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash Shadru.
1.      Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
a.       Ia menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota Makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh. Nabi bersabda dalam hadist Ibnu Mas’ud:
أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ رواه البخاري ومسلم

“Ketahuilah, Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah Qolbu”.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)

b.      Sifatnya berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Kata qolbun dalam Mu’jam Maqayis Al-Lughah  mempunyai dua penggunaan:
a.    Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
b.    Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik  dan berubah haluan.
2.      Dinamakan Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
3.      Dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.

Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Padahal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari.

Perbedaan antara hati dan otak.
Otak dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh. Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya di hati. Diantara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi (Al Jaami’ Liahkaamil Qur’an: 2/36), Al Baghawi dalam kitab tafsirnya (Ma’aalimut Tanziil: 7/152), Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa (9/303) dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ( Tasir Al Qur’anul ‘Azhiim: 4/508).
Mereka para ulama tersebut berpegang kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak. Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati. Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut semakin berkembang”.
Hati menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam pembahasan ini bukanlah materi fisik yang bisa dilihat, namun ia adalah setiap yang menumbuhkan perasaan manusia dan sensitifitasnya serta getarannya.

C.     PEMBAGIAN HATI

1.      Qolbun salim atau hati yang sehat.
yaitu hati yang selamat dari dorongan syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah ta’ala, sehingga ibadahnya sehat juga dan terlepas daripada ibadah kepada selain Allah ta’ala.Jadi ternyata, ciri-ciri hati yang sehat adalah:
a.      Mengembara ke Akhirat
Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan.” (HR. al-Bukhari)
b.      Mendorong Menuju Allah subhanahu wataala
Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wataala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya.Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya.Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.
Abul Husain al-Warraq berkata, “Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya.”
  1. Tidak Bosan Berdzikir
Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wataala.Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wataala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.
  1. Menyesal jika Luput dari Berdzikir
    Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya. Hal ini bisa kita lihat pada kehidupan sahabat Rasulullah, saat itu sahabat Umar ra. Ketinggalan shalat ashar maka ia langsung mengiqob dirinya dengan menyerahkan kebunnya kepada baitul mal.
  2. Rindu Beribadah
    Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wataala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.
  3. Khusyu’ dalam Shalat
    Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.
  4. Kemauannya Hanya kepada Allah
Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wataala.
  1. Menjaga Waktu
Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.
  1. Introspeksi dan Memperbaiki Diri
Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba’ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wataala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wataala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.
Dan yang memiliki hati ini adalah Rasulullah dan para sahabat sahabiah dan orang yang beriman yang selalu mengikuti jalanNya.

Kiat Menjadikan Hati Tetap Sehat

Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:
a.       Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an.
Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram.”[QS. Ar-Ra'du:28]. Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya.”Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:”Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir”.Kendatipun dzikrullah adalah salah satu bentuk ibadah yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ”Sesungguhnya mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat yang lain).”[Qs. Al-Ankabut:45]. Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].
b.       Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan. Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS. An-Nisa’:110]. Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar kepada-Nya dimanapun berada, sebab seseorang itu tidak tahu dimana tempat maghfirah Tuhannya turun.sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku selalu mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari tuju puluh kali.” [HR. Bukhari]. ‘Aisyah ra, berkata: “Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”
c.        Do’a
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. [QS. Al-mukmin:60]. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita agar berdo’a kepada-Nya dan Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya. berkenaan dengan ini rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang Muslim pun berdo’a dengan do’a yang di dalamnya tidak berisi dosa dan pemutus tali silaturahmi melainkan Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Allah akan menyegerakan permohonannya itu (diperoleh di dunia) atau Allah akan menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau Dia memalingkan darinya keburukan yang setimpal dengan do’anya itu.”[HR. Ahmad, hadits shahih]. Dalam ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:” Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina.”[QS. Al-mukmin:60]. Orang-orang yang tidak mau berdo’a kepada-Nya maka mereka yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah termasuk orang yang sombong, dan mereka mendapatkan murka dari-Nya. sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang tidak mau meminta (memohon kepada Allah), maka Allah murka terhadap-Nya.[HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah].
d.       Bershalawat kepada Nabi saw
Allah Subhanahu wa Ta’ala bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali). Sebagaimana sabda beliau saw : ”Barang siapa yang bershalawat untukku satu kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR. Muslim]. Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
e.        Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama Salaf berikut ini: Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.” Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat.

2.      Qolbun mayit/hati yang mati Qs Muhammad:16, Al Baqarah:6-7
Dia adalah lawan dari hati yang sehat. Dia tidak mengenal Rabbnya, dia tidak mau beribadah kepada Allah berdasarkan perintahNya, dan berdasarkan apa yang Dia cintai dan ridhoi. Dia berdiri tegak bersama syahwatnya, yang menjadi standar kelezatan hidupnya, kendatipun dalam perilakunya itu ada kemurkaan dan kemarahan Allah.Ia tidak pernah peduli jika syahwatnya itu mendapatkan kemurkaan atau keridhoan Allah. Maka ia telah mengabdi kepada selain Allah.]

Ciri-ciri / tanda2 hati yang mati
a.        "Tarkush sholah" - Berani meninggalkan solat fardhu.
b.       "Adzdzanbu bil farhi" - Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar (QS 7:3).
c.        "Karhul Qur'an"- Tdk mau membaca bahkan menjauhi ayat2 Al qur'an.
d.      "Hubbul ma'asyi"- Terus menerus melakukan maksiat.
e.        "Asikhru" -Sibuknya hanya mengumpat & buruk sangka & merasa dirinya selalu lebih suci, atau baik dari org lain.
f.        "Ghodbul ulamai"- Sangat benci dgn nasihat baik & sangat benci dgn ulama.
g.        "Qolbul hajari" - Tdk ada rasa takut akan peringatan kematian, seksa kubur & akhirat.
h.      "Himmatuhul bathni"- Gilanya pd dunia tanpa peduli halal haram, yg penting kaya.
i.         "Anaaniyyun"- tidak mempedulikan keadaan org lain, saudara bahkan boleh jadi keluarganya sekalipun menderita.
j.         "Al intiqoom"- Pendendam hebat.
k.       "Albukhlu"- sangat pelit (sangat sukar utk bersedekah).
l.         "Ghodhbaanun" -cepat marah kerana keangkuhan & dengki.
Dan yang memiliki hati ini adalah orang-orang kafir.

3.      Qolbun maridl/hati yang sakit
Hati yang sakit di dalamnya terdapat kehidupan dan mempunyai penyakit. Terkadang dia hidup, dan terkadang ia terkena penyakit. Hal ini tergantung pada aspek mana yang dominan pada saat tertentu.Di dalam hati ini ada cinta kepada Allah Ta’ala, beriman kepada-Nya, ikhlash karena-Nya, serta tawakal kepada-Nya.Namun di dalam hati ini juga terdapat cinta kepada syahwat, mengutamakannya, berusaha keras mendapatkannya, dengki, sombong, cinta popularitas dan juga senang berbuat kerusakan di bumi.
Hati ini terkena fitnah, kadang dia lebih dekat dengan hati yang sehat, terkadang lebih dekat kepada hati yang mati.

Ciri-ciri Qalbun Maridl

                  Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun[QS.Al-Baqarah:10].artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.

Faktor-faktor penyebab sakitnya hati
                   Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).
تعرض الفتن على القلب كعرض الحصير عودافاي قلب اشربها نكتت فيه تكتة بيضاء حتى تعودالقوب عاى قلبين قلب اسود مرباداكالكوز
مجخيا لايعرف معروفا ولاينكر منكرا الا ما اشرب من هواه وقلب ابيض فلاتضره فتنه مادامت السماوات والارض

Fitnah fitnah itu menempel ke dalam hati seprti tikar  (yang dianyam), sebatang sebatang. Hati siapa yang mencintainyam niscaya timbul noktah hitam dalam hatinya. Dan hati siapa yang mngingkarinya, niscaya timbul noktah putih di dalamnya, sehingga menjadi dua hati (yang berbeda) Yang satunya hati hitam legam seperti cangkir yang terbalik, tidak mengetahui kbaikan, tidak pula mengingkari kemungkaran, kecuali yang dicintai oleh hawa nafsunya. Yang satunya lagi hati putih tak ada fitnah yang membahayakannya selama masih ada langit dan bumi, (diriwayatkan Muslim)
                  Rasulullah SAW menyamakan hati yang sedikit-sedikit terkna fitnah dengan anyaman0-angamab tikar, yakni kekuatan yang merajutnya sedikit demi sedikit. Beliau membagi hati dalam menyikapi fitnah menjadi dua macam


Racun Hati
                   Setiap kemaksiatan adalah racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan dalam berbicara
                   Banyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].kemudian juga dengan banyak berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan penyesalan. Umar bin Kahttab ra pernah berkata: “Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas jugadalam sebuah hadits , bahwa rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah t]
2. Berlebihan dalam memandang sesuatu
                   Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu lebih suci bagi hati-hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda rasulullah saw : “Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap kepada-Nya.” [HR. Ahmad]. Sekarang bagaimana jika perintah itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu, rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi pengabdi hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS. Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan dalam makan
                  Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya.
                   Dari Miqdam bin Ma’di Karib dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah saw bersabda: “Anak adam tidak memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia memenuhi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya.Jika memang tidak memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
                   Alangkah banyak kemaksiatan yang tersulut akibat makan yang berlebihan dan menghalangi ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu menjaga perutnya dari sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa dirinya mampu menjaga diri dari keburukan yang lebih fatal lagi.
                    Ibrahim bin Adham berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”
4. Berlebihan dalam bergaul
                   Betapa tragis suatu pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam sehingga menyesakkan rongga-rongga dada.Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah terluka.Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat.Seyogyanya bagi seorang hamba dapat mengambil hikmah dari setiap pergaulan.usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat menempatkan diri dalam menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan. Dimana karakter-karakter tersebut ada empat golongan:
- Terhadap orang yang jika kita membutuhkan bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita     terhadap makanan, kita tidak dapat lepas darinya dalam sehari semalam. Mereka itu adalah Para Ulama yang memiliki cakrawala pengetahuan yang luas tentang ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan dan segala macam bentuk penyakit hati.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita mengharapkannya dikala kita sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat maka mereka tidak kita butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya kita nantikan berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan, seperti untuk saling bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga, bertani, bermusyawarah dan masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit. Golongan ini terbagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada intesitasnya terhadap jiwa kita.Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis.Jika bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya. Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya, tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya, karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dujauhi jika ingin selamat agama dan dunia kita.
- Terhadap orang yang bila kita bergaul dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana ular berbisa. Andaikan kita sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil menemukan penawarnya maka selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana bagi kita.Golongan ini banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka pandai membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka jadikan sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun duduk-duduk bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati bahkan bisa menyebabkan hatinya menjadi mati.


D.     MACAM MACAM PENYAKIT HATI DAN TERAPINYA

I.                    PEMBAGIAN PENYAKIT HATI SECARA UMUM
Syaithan merupakan musuh nyata manusia. Di dalam menjalankan aksinya itu syaithan memiliki senjata ampuh yang telah banyak memakan kurban yaitu syubhat dan syahwat. Dua penyakit yang menyerang manusia dan merusak perilakunya.
Syubhat artinya samar, kabur atau tidak jelas. Pnyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Shingga jadilah perkara ma’ruf mnjadi sama dengan kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mngingkari kemungkaran. Bahkan kemungkinan penyakit ini menguasainya sampai dia meyakini yang ma’ruf sebagai kemungkaran yang mungkar sebagai yang ma’ruf, yang sunah sebagai bid’ah, yang bid’ah sebagai sunnah, al haq sebagai kebatilan dan yang batil sebagai al haq.
Penyakit syubhat ini misalnya keraguan, kemunafikan, bid’ah, kekafiran dan ksesatan lainnya.
Syahwat artinya slera, nafsu, kinginan atau kcintaan. Sdangkan fitnah syahwat (penyakit mengikuti syahwat) adalah mengikuti apa-apa yang disnangi olh hati/nafsu yang keluar dari batasan syari’at.
Fitnah syahwat ini akan menyebabkan kerusakan niat, kehendak dan perbuatan orang yang tertimpa penyakit ini. Penyakit syahwat ini misalnya rakus trhadap harta, tamak trhadap kekuasaan, ingin populer, mencari pujian, suka prkara-prkara keji, zina dan brbagai  kmaksiatan lainnya.

II.                 JENIS JENIS FITNAH SYUBHAT
   
1.      Di antara fitnah syubhat terbesar adalah kekafiran. Karena sesungguhnya orang-orang kafir itu berada di dalam kesesatan ttapi mereka menyangka berada di atas kebenaran dan kbaikan, sebagaimana firmn Allah dalam Qs al Kahfi:103-105.
2.      Kemunafikan, qs Al Baqarah 10-11.
3.      Bid’ah dan mengikuti hawa nafsu. Fitnah ini menyebabkan umat terpecah belah menjadi kelompok yang saling bermusuhan. Perhatikanlah firqah-firqah yang ada di kalangan umat islam ini, mereka semua mengaku di atas al haq, sedangkan mereka saling menyatakan seat terhadap kelompok yang lain. Alangkah besarnya syubhat yang ditanamkan syaitan ini.

III.               JENIS JENIS FITNAH SYAHWAT
Macam-macam fitnah syahwat ini sumbernya trangkum dalam kenikmata khidupan dunia, sebagaimana firman Allah dalam Qs Ali Imran:14. Maka di antara fitnah syahwat adalah :
a.       Fitnah wanita.
Inilah fitnah pertama dan terbesar serta paling berbahaya bagi laki=laki, Rasulullah bersabda :
ما تركت بعدى فتنة اضر على الرجال من النساء


Tidaklah aku mengingatkan fitnah, setelah aku (wafat) yang lebig berbahaya terhadap laki-laki daripada wanita.
(HR. Bukhari no 5096, Muslim no  2740 dan lainnya dari Usamah bin Zaid)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari hadits ini dengan perkataan : hadits ini menunjukka bahwa fitnah yang disebabkan wanita mrupakan fitnah terbesar daripada fitnah lainnya.  Dalam Qs Ali Imran:14 Allah menjadikan wanita trmasuk hubbu syahwat yang menybutkan prtama seblum jenis-jnis yang lain sebagai isyarat bahwa wanita merupakan pokok hal itu. (Fathul Bari’)
Termasuk fitnah ini adalah laki-laki yang mentaati istri untuk memuaskan kesenangannya di dalam bersolek, berhias dan bersenang-senang, sehingga berusaha mendapatkan harta berbagai cara baik halal atau haram.
Atau mencintai istri secara brlebihan sehingga lebih mentaati istri daripada mentaaati Allah dan RasulNya. Sehingga suami lebih memilih mnemani istrinya daripada melaksanakan ktaatan, baik shalat berjama’ah di masjid, berjihad fi sabilillah dan lainnya.
b.      Fitnah anak. Qs At Taghabun:14-15.
c.       Saling berlomba, raih dunia dan rakus terhadap harta sehingga menimbulkan iri,dengki, hasad dan saling menjauh antara umat. Hal itu disbabkan dibukanya kemakmuran dan kemewahan hidup oleh Allah Ta’ala
قؤ الله لا الفقر اخش عليكم ولكن اخش عليكم انتبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم فتناقسوهاكماتناقسوها وتهلككم كما اهلكتهم
Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kmudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinaasakan mereka. (HR Bukhari, Muslim, uf Al Anshary)
d.      Tamak terhadap Asy syaraf (kemuliaan, kdudukan, kehormatan, gengsi). Rasulullah Ahallallhu ‘alaihi wa sallam mmberitakan tentang bahaya tamak trhadap asy syaraf dngan sabdanya. Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada seokr kambing lbih mrusakkannya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kehormatan (yang merusakkan) agamanya. (HR Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dari Ka’ab bin Malik Al Anshari)

IV.              OBAT/TERAPI PENYAKIT HATI
Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata asal seluruh fitnah (kesesatan) hanyalah dari sebab : mendahulukan fikiran terhadap syara’ (agama) dan mndahulukan hawa nafsu terhadap akal.
Yang pertama adalah asal fitnah syubhat, yang kedua adalah asal fitnah syahwat’ Fitnah syubhat-suibhat ditolak dngan keyakinan, adapun fitnah syahwat di tolak dengan kesabaran. Oleh karena itulah Allah menjadikan kepemimpinan agama tergantung dua perkara ini.
      Ini menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan keyakinan akan dapat diraih kepemimpinan dalam agama. Allah juga menggabungkan dua hal itu di dalam firmanNya Qs Al Hasyr:3.
      Maka dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah syahwat akan ditolak. Dan dnga kesempurnaan ilmu dan keyakinan, fitnah syubhat akan ditolak.
      Amarah menjadikan hati menjadi sakit dan obatnya adalah dengan meredakan amarahnya tersebut. Jika ia mngobatinya dengan cara yang benar maka hatinya akan sembuh, namun jika mengobatinya dengan kezhaliman dan kebatilan maka akan bertambahlah penyakit hatinya sedang dia mnyangka prbuatan itu menyembuhkan penyakit hatinya. Ia sebagaimana orang yang mengobati penyakit asmara dengan melakukan kemaksiatan dengan orang yang dia cintai, maka sesungguhnya hal itu akn menambah penyakitnya dan menyebabkan penyakit lain yang lebih sulit dari sekedar penyakit asmara.
      Demikian pula galau, resah dan sedih merupakan penyakit-penyakit hati, dan untuk mengobatinya adalah dengan sesuatu yang berlawanan dengannya yakni kesenangan dan kegembiraan. Maka apabila diobati dengan cara yang benar akan sembuh hatinya dan sehat serta terlepas dari penyakitnya, namun jika kesenangan dan kegembiraan dengan cara yang bathil niscaya penyakit itu akan tetap bersembunyi dan menyelinap di balik tabir qalbu dan tidak akan hilang bahkan menyebabkan penyakit-penyakit lain yang lebih sulit dan lebih berbahaya.
      Demikian pula kebodohan merupakan penyakit yang menimpa hati. Di antara manusia ada yang mengobatinya dengan ilmu-ilmu yang tidak brmanfaat, dan dia meyakini bahwa dia telah sehat dari pnyakitnya (terlepas dari kebodohan) dengan ilmu-ilmu tadi. Maka bodohnya akan agamanya adalah sebuah penyakit dan obatnya adalah bertanya kepada ulama.
      Demikian pula orang yang bingung terhadap sesuatu keraguan merupakan penyakit yang menimpa hati hingga ia mendapatkan ilmu dan keyakinan. Kebingungan itulah yang menyebabkan dahaga, sehingga orang mndapatkan keyakinan dikatakan dadanya menjadi sejuk, merasakan dingin karena keyakinan.
      Dan dia yang merasa sempit karena kebodohan dan tersesat dari jalan petunjuk akan merasa lapang dengan hidayah dan ilmu. Allah Azza wa jalla berfirman dalam QS Al An’am:125.
      Menurut ibnu Taimiyah, ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai obat penyakit hati yaitu al Qur’an, amal shalh dan meninggalkan ma’siat.
a.       Al Qur’an
Al Qur’an adalah penyembuh bagi penyakit hati yang brada dalam dada dan bagi orang yang dalam hatinya ada penyakit keraguan dan syahwat. Di dalamnya terdapat keterangan-keterangan yang menghilangkan kebatilan dan syubhat yang dapat merusak ilmu, pemahaman dan kesadaran. Di dalamnya terdapat hikmah dan nasehat yang baik.
b.      Amal shalih
Banyak-banyak melakukan amal shalih akan memelihara hati agar tetap pada ketaatan.
c.       Meninggalkan maksiat.maksiat ibarat kotoran dalam badan dan benalu bagi tanaman.

PENUTUP

Demikianlah ketika sorang muslimah mnginginkan mmpunyai kepribadian yang matang hendaklah selalu menengok kondisi hatinya, apabila di rasa hati dalam keadaan sakit segeralah mencari obat untuk menyembuhkannya, jangan sakit dibiarkan berlarut-larut. Seperti jasad ketika jasad dirasakan ada tanda-tanda sakit tidak segera diobati akan menjadi bertambah parah, begitu juga kondisi hati  Dan di atas dipaparkan jenis-jenis penyakit hati dan terapinya sehingga ktika kita mengenali sedang sakitkah hati kita, kita dapat segra mencari obat yang tepat dan agar kita tetap selalu bisa menjaga hati kita agar tetap hidup.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Al Qur’an dan terjemahnya, Departman Agama RI.
2.       Reff.manasikHati, http://sedekah.net/
4.      Abdul hadi bin Hasan Wahbi. Qalbun Salim. Terjemahan: Jabir Al-Bassam. Klaten: Inas Media. 2008.
5.      Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Obat Hati: Antara Terapi Ibnul Qayyim dan Ilusi Kaum Sufi. Terjemahan: Tajuddin. Jakarta: Darul Haq. 2007.
6.      Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Manajemen Qalbu: Melumpuhkan Senjata Syetan. Terjemahan: Ainul Haris Umar Arifin Thayib. Jakarta: Darul Falah. 2005. Cetakan VI.
7.      Abu Muawiah.  Hati Menurut Islam. 2008. http://al-atsariyyah.com/hati-menurut-islam.html
8.      Abdul hadi bin Hasan Wahbi. Qalbun Salim. Terjemahan: Jabir Al-Bassam. Klaten: Inas Media. 2008.
9.      Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Obat Hati: Antara Terapi Ibnul Qayyim dan Ilusi Kaum Sufi. Terjemahan: Tajuddin. Jakarta: Darul Haq. 2007.
10.  Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Manajemen Qalbu: Melumpuhkan Senjata Syetan. Terjemahan: Ainul Haris Umar Arifin Thayib. Jakarta: Darul Falah. 2005. Cetakan VI.

11.  Abu Muawiah.  Hati Menurut Islam. 2008. http://al-atsariyyah.com/hati-menurut-islam.html

1 komentar:

  1. Play at Sands Casino, Resort and Casino
    As 메리트 카지노 고객센터 we enter the casino, you will discover that Sands is septcasino the most 바카라 beautiful of all resorts around. This towering 5,000-square-foot gaming resort features all

    BalasHapus