JENIS HATI DAN PENYAKIT YANG MENIMPANYA
A.
PENDAHULUAN
Salah satu hal yang harus dimiliki muslimah agar
mempunyai kepribadian yang matang adalah muslimah mampu mengkondisikan hati
agar selalu sehat, di bawah ini akan diuraikan karakter hati dan berbagai
penyakit, dengan harapan muslimah mampu menjaga hati agar tetap sehat. Uraian tentang hati ini sangat berkaitan dengan ruh (lihat urain tentang keseimbangan ruh, jasad dan akal)
أَلا
وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
رواه
البخاري ومسلم
“Ketahuilah,
Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah
seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah,
ia adalah Qolbu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada
QS. Al-A’rof: 205 dan QS. Al-Isra`: 36, Allah mengkhususkan penyebutan penglihatan,
pendengaran dan hati di antara semua anggota tubuh lainnya karena merekalah
anggota tubuh yang paling mulia dan sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menyebutkan perbandingan ketiga anggota tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa
(9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut. Penglihatan adalah yang terendah di
antara ketiganya karena dia hanya bisa mengetahui sesuatu yang terlihat pada
saat itu. Pendengaran dan hati bisa mengetahui sesuatu yang tidak terlihat,
baik yang terjadi di zaman dahulu maupun di zaman yang akan datang. Hati itu
sendiri bisa memahami sesuatu sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai
pengantar ucapan yang berisi ilmu kepada hati.
Abi
‘Inabah Al-Khaulani radhiyallohu ‘anhu meriwayatkan bahwa nabi sholallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
Alloh memiliki bejana dari penduduk bumi, dan bejana Rabb kalian adalah hati
hamba-hamba-Nya yang shalih. Hati yang paling dicintai-Nya adalah yang paling
lembut dan lunak”.
Rosululloh
sholallohu ‘alaihi wa sallam menyerupakan hati dengan bejana, karena hati
adalah bejana yang menjadi tempat bagi kebaikan dan kejahatan. Berkaitan dengan
hal ini, ada yang mengatakan, “Setiap bejana akan melindungi apa saja yang
berada di dalamnya.” (Abdul Hadi bin Hasan Wahbi, 2008)
Sesungguhnya
amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi,
memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang
terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash
Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari
baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati.
Karenanya
Allah berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Dari
sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak
pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan
seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sabdPada QS. Al-A’rof: 205 dan QS. Al-Isra`: 36, Allah
mengkhususkan penyebutan penglihatan, pendengaran dan hati di antara semua
anggota tubuh lainnya karena merekalah anggota tubuh yang paling mulia dan
sempurna. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan perbandingan ketiga anggota
tubuh ini dalam Al-Majmu’ Al-Fatawa (9/310) yang kesimpulannya sebagai berikut.
Penglihatan adalah yang terendah di antara ketiganya karena dia hanya bisa
mengetahui sesuatu yang terlihat pada saat itu. Pendengaran dan hati bisa
mengetahui sesuatu yang tidak terlihat, baik yang terjadi di zaman dahulu
maupun di zaman yang akan datang. Hati itu sendiri bisa memahami sesuatu
sementara pendengaran hanya berfungsi sebagai pengantar ucapan yang berisi ilmu
kepada hati.
Abi
‘Inabah Al-Khaulani radhiyallohu ‘anhu meriwayatkan bahwa nabi sholallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
Alloh memiliki bejana dari penduduk bumi, dan bejana Rabb kalian adalah hati
hamba-hamba-Nya yang shalih. Hati yang paling dicintai-Nya adalah yang paling
lembut dan lunak”.
Rosululloh
sholallohu ‘alaihi wa sallam menyerupakan hati dengan bejana, karena hati
adalah bejana yang menjadi tempat bagi kebaikan dan kejahatan. Berkaitan dengan
hal ini, ada yang mengatakan, “Setiap bejana akan melindungi apa saja yang
berada di dalamnya.” (Abdul Hadi bin Hasan Wahbi, 2008)
Sesungguhnya
amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi,
memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan) bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang
terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash
Al-Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari
baiknya hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati.
Karenanya
Allah berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa,
serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada
hati dan amalan seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya
Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia
memandang kepada hati dan amalan kalian”.
B. PENGERTIAN HATI
Kata-kata
hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu,
Al Fuadu, dan Ash Shadru.
1.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
a. Ia
menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota Makkah disebut Qalbul
Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati
dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh. Nabi bersabda
dalam hadist Ibnu Mas’ud:
أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ
الْقَلْبُ رواه البخاري ومسلم
“Ketahuilah,
Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah
seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah,
ia adalah Qolbu”.
Ibnu Rajab
Al-Hanbali berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa
baiknya gerakan anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang
diharamkan dan menjauhi semua syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.”
(Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam: 1/210)
b. Sifatnya
berbolak-balik.
Sebagaimana
disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ
أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)،
وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat
berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Kata
qolbun dalam Mu’jam Maqayis Al-Lughah
mempunyai dua penggunaan:
a. Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
b. Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan.
a. Menunjukkan bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu.
b. Bermakna merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain.
Kedua makna ini sesuai dengan makna hati secara istilah, karena hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik dan berubah haluan.
2. Dinamakan
Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang
tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al
Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan
ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
3.
Dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ
الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui
mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada,
sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى
الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa
sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam
bahasa arabnya Al Kibdah. Padahal dalam Al Qur’an dan sunnah serta
penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam
bahasa kita sehari-hari.
Perbedaan
antara hati dan otak.
Otak
dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh. Menurut
sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para
ulama Islam akal tempatnya di hati. Diantara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi
(Al Jaami’ Liahkaamil Qur’an: 2/36), Al Baghawi dalam kitab tafsirnya (Ma’aalimut
Tanziil: 7/152), Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa (9/303)
dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ( Tasir Al
Qur’anul ‘Azhiim: 4/508).
Mereka para ulama
tersebut berpegang kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى
الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu
mereka dapat memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا
يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati,
tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh
Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara
dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak. Berkata
syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak
sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati. Berkata Imam Ibnul
Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah
berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik
maka itulah tempat jantung.
Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul
pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian
titik tersebut semakin berkembang”.
Hati
menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam pembahasan ini bukanlah materi fisik yang
bisa dilihat, namun ia adalah setiap yang menumbuhkan perasaan manusia dan
sensitifitasnya serta getarannya.
C.
PEMBAGIAN HATI
1.
Qolbun salim
atau hati yang sehat.
yaitu hati yang selamat dari dorongan syahwat yang bertentangan
dengan perintah dan larangan Allah ta’ala, sehingga ibadahnya sehat juga dan
terlepas daripada ibadah kepada selain Allah ta’ala.Jadi ternyata, ciri-ciri hati yang sehat adalah:
a.
Mengembara ke
Akhirat
Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju
ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti
telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada
di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar
keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang
asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan.” (HR. al-Bukhari)
b.
Mendorong
Menuju Allah subhanahu wataala
Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah
selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wataala dan
tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana
seseorang mencintai kekasihnya.Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan,
kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak
terhadap-Nya.Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya,
bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut
kepada Allah semata.
Abul Husain
al-Warraq berkata, “Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha
Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama
Allah, bukan selain-Nya.”
- Tidak
Bosan Berdzikir
Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah
tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wataala.Tidak
pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan
selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan
dia kepada Allah subhanahu wataala atau saling mengingatkan dalam kerangka
berdzikir kepada-Nya.
- Menyesal
jika Luput dari Berdzikir
Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya. Hal ini bisa kita lihat pada kehidupan sahabat Rasulullah, saat itu sahabat Umar ra. Ketinggalan shalat ashar maka ia langsung mengiqob dirinya dengan menyerahkan kebunnya kepada baitul mal. - Rindu
Beribadah
Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wataala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman. - Khusyu’
dalam Shalat
Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa. - Kemauannya
Hanya kepada Allah
Qalbu yang
sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah
subhanahu wataala.
- Menjaga
Waktu
Di antara tanda
sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan
percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.
- Introspeksi
dan Memperbaiki Diri
Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian
yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu
sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal,
mengharap nasihat, mutaba’ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah
subhanahu wataala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan
dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu
wataala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.
Dan yang memiliki hati ini adalah Rasulullah
dan para sahabat sahabiah dan orang yang beriman yang selalu mengikuti
jalanNya.
Kiat Menjadikan
Hati Tetap Sehat
Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang
sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun
usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:
a.
Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an.
Dengan
senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba
manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah, bahwa
hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram.”[QS.
Ar-Ra'du:28]. Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir
adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari
siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh
makanan pokoknya.”Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:”Lunakkanlah hatimu itu
dengan berdzikir”.Kendatipun dzikrullah adalah salah satu bentuk ibadah
yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan
melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ”Sesungguhnya
mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat yang
lain).”[Qs. Al-Ankabut:45]. Sebaik-baik dzikir adalah membaca
Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari
semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].
b.
Beristighfar
Hakikat
istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan
maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan
barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan. Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada
Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS.
An-Nisa’:110]. Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar
kepada-Nya dimanapun berada, sebab seseorang itu tidak tahu dimana tempat maghfirah
Tuhannya turun.sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Demi Allah,
sesungguhnya aku selalu mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari
tuju puluh kali.” [HR. Bukhari]. ‘Aisyah ra, berkata:
“Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat
istighfar yang banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu
adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”
c.
Do’a
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. “[QS.
Al-mukmin:60]. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
kepada kita agar berdo’a kepada-Nya dan Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya.
berkenaan dengan ini rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang Muslim pun
berdo’a dengan do’a yang di dalamnya tidak berisi dosa dan pemutus tali
silaturahmi melainkan Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara:
Allah akan menyegerakan permohonannya itu (diperoleh di dunia) atau Allah akan
menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau Dia memalingkan darinya keburukan
yang setimpal dengan do’anya itu.”[HR. Ahmad, hadits shahih]. Dalam
ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:” Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdo’a
kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina.”[QS.
Al-mukmin:60]. Orang-orang yang tidak mau berdo’a kepada-Nya maka mereka
yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah termasuk orang yang sombong,
dan mereka mendapatkan murka dari-Nya. sebagaimana rasulullah saw bersabda: “Barang
siapa yang tidak mau meminta (memohon kepada Allah), maka Allah murka
terhadap-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah].
d.
Bershalawat kepada Nabi saw
Allah Subhanahu
wa Ta’ala bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan para malaikat) sepuluh
kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali). Sebagaimana sabda
beliau saw : ”Barang siapa yang bershalawat untukku satu kali. Maka Allah
akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR. Muslim]. Karena yang
demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh
kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
e.
Qiyamullail
Jika seseorang
tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan
merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh
para Ulama Salaf berikut ini: Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang
yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi
mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka
hidup di dunia ini.” Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya
ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat.
2.
Qolbun
mayit/hati yang mati Qs Muhammad:16, Al Baqarah:6-7
Dia
adalah lawan dari hati yang sehat. Dia tidak mengenal Rabbnya,
dia tidak mau beribadah kepada Allah berdasarkan perintahNya, dan berdasarkan
apa yang Dia cintai dan ridhoi. Dia berdiri tegak bersama syahwatnya, yang menjadi
standar kelezatan hidupnya, kendatipun dalam perilakunya itu ada kemurkaan dan
kemarahan Allah.Ia tidak pernah peduli jika syahwatnya itu mendapatkan
kemurkaan atau keridhoan Allah. Maka ia telah mengabdi kepada selain Allah.]
Ciri-ciri /
tanda2 hati yang mati
a.
"Tarkush sholah" -
Berani meninggalkan solat fardhu.
b.
"Adzdzanbu bil
farhi" - Tenang tanpa merasa berdosa padahal sedang melakukan dosa besar
(QS 7:3).
c.
"Karhul Qur'an"-
Tdk mau membaca bahkan menjauhi ayat2 Al qur'an.
d.
"Hubbul ma'asyi"- Terus menerus melakukan maksiat.
e.
"Asikhru"
-Sibuknya hanya mengumpat & buruk sangka & merasa dirinya selalu lebih
suci, atau baik dari org lain.
f.
"Ghodbul ulamai"-
Sangat benci dgn nasihat baik & sangat benci dgn ulama.
g.
"Qolbul hajari" -
Tdk ada rasa takut akan peringatan kematian, seksa kubur & akhirat.
h.
"Himmatuhul bathni"- Gilanya pd dunia tanpa peduli halal
haram, yg penting kaya.
i.
"Anaaniyyun"-
tidak mempedulikan keadaan org lain, saudara bahkan boleh jadi keluarganya
sekalipun menderita.
j.
"Al intiqoom"-
Pendendam hebat.
k.
"Albukhlu"- sangat
pelit (sangat sukar utk bersedekah).
l.
"Ghodhbaanun"
-cepat marah kerana keangkuhan & dengki.
Dan yang memiliki hati ini adalah orang-orang kafir.
3.
Qolbun maridl/hati yang sakit
Hati yang sakit di dalamnya terdapat kehidupan
dan mempunyai penyakit. Terkadang dia hidup, dan terkadang ia terkena penyakit.
Hal ini tergantung pada aspek mana yang dominan pada saat tertentu.Di dalam
hati ini ada cinta kepada Allah Ta’ala, beriman kepada-Nya, ikhlash karena-Nya,
serta tawakal kepada-Nya.Namun di dalam hati ini juga terdapat cinta kepada
syahwat, mengutamakannya, berusaha keras mendapatkannya, dengki, sombong, cinta
popularitas dan juga senang berbuat kerusakan di bumi.
Hati ini terkena fitnah, kadang dia lebih dekat dengan hati yang sehat, terkadang lebih dekat kepada hati yang mati.
Hati ini terkena fitnah, kadang dia lebih dekat dengan hati yang sehat, terkadang lebih dekat kepada hati yang mati.
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Tanda-tanda spesifik hati
yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh
goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah
rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran
dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah
tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun“[QS.Al-Baqarah:10].artinya:
“Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan
yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran
bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu
dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi
seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Faktor-faktor
penyebab sakitnya hati
Penyebab timbulnya penyakit
di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati.
Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana
reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak)
seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan)
yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).
تعرض الفتن على القلب كعرض الحصير عودافاي قلب
اشربها نكتت فيه تكتة بيضاء حتى تعودالقوب عاى قلبين قلب اسود مرباداكالكوز
مجخيا لايعرف معروفا ولاينكر منكرا الا ما اشرب
من هواه وقلب ابيض
فلاتضره فتنه مادامت السماوات والارض
Fitnah fitnah
itu menempel ke dalam hati seprti tikar
(yang dianyam), sebatang sebatang. Hati
siapa yang mencintainyam niscaya timbul noktah hitam dalam hatinya. Dan hati
siapa yang mngingkarinya, niscaya timbul noktah putih di dalamnya, sehingga
menjadi dua hati (yang berbeda) Yang satunya hati hitam legam seperti cangkir
yang terbalik, tidak mengetahui kbaikan, tidak pula mengingkari kemungkaran,
kecuali yang dicintai oleh hawa nafsunya. Yang satunya lagi hati putih tak ada
fitnah yang membahayakannya selama masih ada langit dan bumi, (diriwayatkan
Muslim)
Rasulullah
SAW menyamakan hati yang sedikit-sedikit terkna fitnah dengan anyaman0-angamab
tikar, yakni kekuatan yang merajutnya sedikit demi sedikit. Beliau membagi hati
dalam menyikapi fitnah menjadi dua macam
Racun Hati
Setiap kemaksiatan adalah
racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun
hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan
hidup hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan
dalam berbicara
Banyak berbicara adalah salah
satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah
saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak
bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari
Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].kemudian
juga dengan banyak berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata
tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan
kerugian dan penyesalan. Umar bin Kahttab ra pernah berkata: “Barang siapa
yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik
tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas jugadalam sebuah hadits , bahwa
rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan
kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih
jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah t]
2. Berlebihan
dalam memandang sesuatu
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memerintahkan kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya
yang demikian itu lebih suci bagi hati-hati mereka. Dan juga mereka akan
merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda rasulullah saw : “Barangsiapa
yang menahan pandangannya karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa
manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap
kepada-Nya.” [HR. Ahmad]. Sekarang bagaimana jika perintah itu
dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu,
rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang
dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat
melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi
pengabdi hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS.
Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan
dalam makan
Sedikit makan dapat
melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu
amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat
sebaliknya.
Dari Miqdam bin Ma’di Karib
dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah saw bersabda: “Anak adam tidak
memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia memenuhi perutnya. Cukuplah
baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya.Jika memang tidak
memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan
sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
Alangkah banyak kemaksiatan
yang tersulut akibat makan yang berlebihan dan menghalangi ketaatan manusia
kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu menjaga perutnya dari
sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa dirinya mampu menjaga diri
dari keburukan yang lebih fatal lagi.
Ibrahim bin Adham
berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan
agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan
berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat
kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat
perutnya).”
4. Berlebihan
dalam bergaul
Betapa tragis suatu
pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya timbul
benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam sehingga menyesakkan
rongga-rongga dada.Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah
terluka.Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan
kerugian di dunia dan akhirat.Seyogyanya bagi seorang hamba dapat mengambil
hikmah dari setiap pergaulan.usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat
menempatkan diri dalam menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan. Dimana
karakter-karakter tersebut ada empat golongan:
- Terhadap orang yang jika kita membutuhkan
bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita terhadap makanan, kita tidak dapat lepas
darinya dalam sehari semalam. Mereka itu adalah Para Ulama yang memiliki
cakrawala pengetahuan yang luas tentang ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan
dan segala macam bentuk penyakit hati.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul
dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita mengharapkannya dikala kita
sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat maka mereka tidak kita
butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya kita nantikan
berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan, seperti untuk saling
bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga, bertani, bermusyawarah dan
masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul
dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit. Golongan ini terbagi menjadi
beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada intesitasnya terhadap jiwa
kita.Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis.Jika
bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya.
Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya,
tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya,
karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya
orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dujauhi jika ingin selamat
agama dan dunia kita.
- Terhadap orang yang bila kita bergaul
dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana ular berbisa. Andaikan kita
sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil menemukan penawarnya maka
selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana bagi kita.Golongan ini
banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah yang sesat dan
menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka pandai
membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka jadikan
sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun duduk-duduk
bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati bahkan bisa
menyebabkan hatinya menjadi mati.
D.
MACAM MACAM PENYAKIT HATI DAN TERAPINYA
I.
PEMBAGIAN PENYAKIT
HATI SECARA UMUM
Syaithan merupakan musuh nyata manusia. Di
dalam menjalankan aksinya itu syaithan memiliki senjata ampuh yang telah banyak
memakan kurban yaitu syubhat dan syahwat. Dua penyakit yang menyerang manusia
dan merusak perilakunya.
Syubhat artinya samar, kabur atau tidak jelas.
Pnyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan
keyakinannya. Shingga jadilah perkara ma’ruf mnjadi sama dengan
kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mngingkari
kemungkaran. Bahkan kemungkinan penyakit ini menguasainya sampai dia meyakini
yang ma’ruf sebagai kemungkaran yang mungkar sebagai yang ma’ruf, yang sunah
sebagai bid’ah, yang bid’ah sebagai sunnah, al haq sebagai kebatilan dan yang
batil sebagai al haq.
Penyakit syubhat ini misalnya keraguan,
kemunafikan, bid’ah, kekafiran dan ksesatan lainnya.
Syahwat artinya slera, nafsu, kinginan atau
kcintaan. Sdangkan fitnah syahwat (penyakit mengikuti syahwat) adalah mengikuti
apa-apa yang disnangi olh hati/nafsu yang keluar dari batasan syari’at.
Fitnah syahwat ini akan menyebabkan kerusakan
niat, kehendak dan perbuatan orang yang tertimpa penyakit ini. Penyakit syahwat
ini misalnya rakus trhadap harta, tamak trhadap kekuasaan, ingin populer,
mencari pujian, suka prkara-prkara keji, zina dan brbagai kmaksiatan lainnya.
II.
JENIS JENIS
FITNAH SYUBHAT
1. Di antara fitnah syubhat terbesar adalah
kekafiran. Karena sesungguhnya orang-orang kafir itu berada di dalam kesesatan
ttapi mereka menyangka berada di atas kebenaran dan kbaikan, sebagaimana firmn
Allah dalam Qs al Kahfi:103-105.
2. Kemunafikan, qs Al Baqarah 10-11.
3.
Bid’ah dan mengikuti
hawa nafsu. Fitnah ini menyebabkan umat terpecah belah menjadi kelompok yang
saling bermusuhan. Perhatikanlah firqah-firqah yang ada di kalangan umat islam
ini, mereka semua mengaku di atas al haq, sedangkan mereka saling menyatakan
seat terhadap kelompok yang lain. Alangkah besarnya syubhat yang ditanamkan
syaitan ini.
III.
JENIS JENIS
FITNAH SYAHWAT
Macam-macam
fitnah syahwat ini sumbernya trangkum dalam kenikmata khidupan dunia,
sebagaimana firman Allah dalam Qs Ali Imran:14. Maka di antara fitnah syahwat
adalah :
a. Fitnah wanita.
Inilah fitnah pertama dan terbesar serta paling
berbahaya bagi laki=laki, Rasulullah bersabda :
ما تركت بعدى فتنة اضر على الرجال من النساء
Tidaklah aku
mengingatkan fitnah, setelah aku (wafat) yang lebig berbahaya terhadap
laki-laki daripada wanita.
(HR. Bukhari no 5096, Muslim no 2740 dan lainnya dari Usamah bin Zaid)
Al Hafizh Ibnu
Hajar rahimahullah mengomentari hadits ini dengan perkataan : hadits ini
menunjukka bahwa fitnah yang disebabkan wanita mrupakan fitnah terbesar
daripada fitnah lainnya. Dalam Qs Ali
Imran:14 Allah menjadikan wanita trmasuk hubbu syahwat yang menybutkan prtama
seblum jenis-jnis yang lain sebagai isyarat bahwa wanita merupakan pokok hal
itu. (Fathul Bari’)
Termasuk fitnah
ini adalah laki-laki yang mentaati istri untuk memuaskan kesenangannya di dalam
bersolek, berhias dan bersenang-senang, sehingga berusaha mendapatkan harta
berbagai cara baik halal atau haram.
Atau mencintai
istri secara brlebihan sehingga lebih mentaati istri daripada mentaaati Allah
dan RasulNya. Sehingga suami lebih memilih mnemani istrinya daripada
melaksanakan ktaatan, baik shalat berjama’ah di masjid, berjihad fi sabilillah
dan lainnya.
b.
Fitnah anak. Qs
At Taghabun:14-15.
c. Saling berlomba, raih dunia dan rakus terhadap
harta sehingga menimbulkan iri,dengki, hasad dan saling menjauh antara umat.
Hal itu disbabkan dibukanya kemakmuran dan kemewahan hidup oleh Allah Ta’ala
قؤ الله لا الفقر اخش عليكم ولكن اخش عليكم
انتبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم فتناقسوهاكماتناقسوها وتهلككم كما
اهلكتهم
Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku
khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan
atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kmudian
kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih
dunia), kemudian dunia akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinaasakan
mereka. (HR Bukhari, Muslim, uf Al Anshary)
d.
Tamak terhadap
Asy syaraf (kemuliaan, kdudukan, kehormatan, gengsi). Rasulullah Ahallallhu
‘alaihi wa sallam mmberitakan tentang bahaya tamak trhadap asy syaraf dngan
sabdanya. Tidaklah dua srigala lapar yang dilepas pada seokr kambing lbih
mrusakkannya daripada ketamakan seseorang terhadap harta dan kehormatan (yang
merusakkan) agamanya. (HR Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dari Ka’ab bin Malik Al
Anshari)
IV.
OBAT/TERAPI
PENYAKIT HATI
Imam Ibnu
Qoyyim rahimahullah berkata asal seluruh
fitnah (kesesatan) hanyalah dari sebab : mendahulukan fikiran terhadap syara’
(agama) dan mndahulukan hawa nafsu terhadap akal.
Yang pertama adalah asal fitnah syubhat, yang
kedua adalah asal fitnah syahwat’ Fitnah syubhat-suibhat ditolak dngan
keyakinan, adapun fitnah syahwat di tolak dengan kesabaran. Oleh karena itulah
Allah menjadikan kepemimpinan agama tergantung dua perkara ini.
Ini menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan
keyakinan akan dapat diraih kepemimpinan dalam agama. Allah juga menggabungkan
dua hal itu di dalam firmanNya Qs Al Hasyr:3.
Maka dengan kesempurnaan akal dan
kesabaran, fitnah syahwat akan ditolak. Dan dnga kesempurnaan ilmu dan
keyakinan, fitnah syubhat akan ditolak.
Amarah menjadikan hati menjadi sakit dan
obatnya adalah dengan meredakan amarahnya tersebut. Jika ia mngobatinya dengan
cara yang benar maka hatinya akan sembuh, namun jika mengobatinya dengan
kezhaliman dan kebatilan maka akan bertambahlah penyakit hatinya sedang dia
mnyangka prbuatan itu menyembuhkan penyakit hatinya. Ia sebagaimana orang yang
mengobati penyakit asmara dengan melakukan kemaksiatan dengan orang yang dia
cintai, maka sesungguhnya hal itu akn menambah penyakitnya dan menyebabkan
penyakit lain yang lebih sulit dari sekedar penyakit asmara.
Demikian pula galau, resah dan sedih
merupakan penyakit-penyakit hati, dan untuk mengobatinya adalah dengan sesuatu
yang berlawanan dengannya yakni kesenangan dan kegembiraan. Maka apabila
diobati dengan cara yang benar akan sembuh hatinya dan sehat serta terlepas
dari penyakitnya, namun jika kesenangan dan kegembiraan dengan cara yang bathil
niscaya penyakit itu akan tetap bersembunyi dan menyelinap di balik tabir qalbu
dan tidak akan hilang bahkan menyebabkan penyakit-penyakit lain yang lebih
sulit dan lebih berbahaya.
Demikian pula kebodohan merupakan penyakit
yang menimpa hati. Di antara manusia ada yang mengobatinya dengan ilmu-ilmu
yang tidak brmanfaat, dan dia meyakini bahwa dia telah sehat dari pnyakitnya
(terlepas dari kebodohan) dengan ilmu-ilmu tadi. Maka bodohnya akan agamanya
adalah sebuah penyakit dan obatnya adalah bertanya kepada ulama.
Demikian pula orang yang bingung terhadap
sesuatu keraguan merupakan penyakit yang menimpa hati hingga ia mendapatkan
ilmu dan keyakinan. Kebingungan itulah yang menyebabkan dahaga, sehingga orang
mndapatkan keyakinan dikatakan dadanya menjadi sejuk, merasakan dingin karena
keyakinan.
Dan dia yang merasa sempit karena
kebodohan dan tersesat dari jalan petunjuk akan merasa lapang dengan hidayah
dan ilmu. Allah Azza wa jalla berfirman dalam QS Al An’am:125.
Menurut ibnu Taimiyah, ada tiga hal yang
dapat dijadikan sebagai obat penyakit hati yaitu al Qur’an, amal shalh dan
meninggalkan ma’siat.
a.
Al Qur’an
Al Qur’an
adalah penyembuh bagi penyakit hati yang brada dalam dada dan bagi orang yang
dalam hatinya ada penyakit keraguan dan syahwat. Di dalamnya terdapat
keterangan-keterangan yang menghilangkan kebatilan dan syubhat yang dapat
merusak ilmu, pemahaman dan kesadaran. Di dalamnya terdapat hikmah dan nasehat
yang baik.
b.
Amal shalih
Banyak-banyak
melakukan amal shalih akan memelihara hati agar tetap pada ketaatan.
c.
Meninggalkan
maksiat.maksiat ibarat kotoran dalam badan dan benalu bagi tanaman.
PENUTUP
Demikianlah ketika sorang muslimah mnginginkan mmpunyai kepribadian yang matang hendaklah selalu menengok kondisi hatinya, apabila di rasa hati dalam keadaan sakit segeralah mencari obat untuk menyembuhkannya, jangan sakit dibiarkan berlarut-larut. Seperti jasad ketika jasad dirasakan ada tanda-tanda sakit tidak segera diobati akan menjadi bertambah parah, begitu juga kondisi hati Dan di atas dipaparkan jenis-jenis penyakit hati dan
terapinya sehingga ktika kita mengenali sedang sakitkah hati kita, kita dapat
segra mencari obat yang tepat dan agar kita tetap selalu bisa menjaga hati kita
agar tetap hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al Qur’an dan
terjemahnya, Departman Agama RI.
4.
Abdul hadi bin Hasan Wahbi. Qalbun Salim. Terjemahan: Jabir
Al-Bassam. Klaten: Inas Media. 2008.
5.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Obat Hati: Antara Terapi Ibnul Qayyim dan
Ilusi Kaum Sufi. Terjemahan: Tajuddin. Jakarta: Darul Haq. 2007.
6.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Manajemen
Qalbu: Melumpuhkan Senjata Syetan. Terjemahan: Ainul Haris Umar Arifin Thayib.
Jakarta: Darul Falah. 2005. Cetakan VI.
8.
Abdul hadi bin Hasan Wahbi. Qalbun Salim. Terjemahan: Jabir
Al-Bassam. Klaten: Inas Media. 2008.
9.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Obat Hati: Antara Terapi Ibnul Qayyim dan
Ilusi Kaum Sufi. Terjemahan: Tajuddin. Jakarta: Darul Haq. 2007.
10.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Manajemen
Qalbu: Melumpuhkan Senjata Syetan. Terjemahan: Ainul Haris Umar Arifin Thayib.
Jakarta: Darul Falah. 2005. Cetakan VI.
Play at Sands Casino, Resort and Casino
BalasHapusAs 메리트 카지노 고객센터 we enter the casino, you will discover that Sands is septcasino the most 바카라 beautiful of all resorts around. This towering 5,000-square-foot gaming resort features all